Cut Nyak Dien bagaikan mutiara yang akan memancarkan sinarnya dari rumah Nanta Seutia, rumah aceh yang kokoh, kokoh bagaikan adat tradisinya yang diwariskan dari neneknya. Pendidikan secara resmi tidaklah pernah diikuti Cut Nyak Dien tetapi dari lingkungan sekitarnya dapatlah ia kiranya memiliki ilmu yang berguna untuk hidupnya. Nyaris saja rencong di tangan Cut Nyak menghunus perut Pang Laot. "Jangan salah paham Cut Nyak. Cut Nyak sakit-sakitan, butuh tempat untuk berobat," kata Pang Laot saat Belanda hendak membawa Cut Nyak. Ternyata, kesepakatan antara Pang Laot dengan kolonial Belanda agar Cut Nyak tidak dipisahkan dengan rakyat Aceh dikhianati Balanda. Cut Nyak Dien wafat di Sumedang ada 6 November 1908, namun makamnya baru diketahui secara pasti pada tahun 1960 saat Pemda Aceh sengaja melakukan penelusuran. Sebagai tanda penghormatan karena kepandaiannya dalam ilmu agama, Cut Nyak Dien pun disebut sebagai “Ibu Perbu (Ibu Ratu) dari Negeri Seberang” oleh rakyat Sumedang. Di dalam tahanan, Cut Nyak Dien di juluki dengan nama “Ibu Perbu”, karena di anggap sebagai perempuan yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni. Cut Nyak Dien di tahan bersama seorang ulama bernama Kiyai Ilyas. Karena faktor usia, Cut Nyak Dien meninggal di Sumedang pada tanggal 6 November 1908. Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng.

puisi cut nyak dien